Israel memastikan tengah melancarkan serangan darat ke Lebanon, beberapa menit setelah pukul 02:00 waktu setempat, pada Selasa (01/10).
Israel telah memulai operasi darat di Lebanon selatan, kata militer Israel (IDF). Operasi tersebut, klaim IDF, dilakukan secara “terbatas, terlokalisasi, dan terarah” terhadap Hizbullah.
Selain serangan darat, militer Israel juga membombardir Lebanon dengan serangan udara.
“Angkatan Udara Israel dan Artileri IDF mendukung pasukan darat dengan serangan presisi terhadap sasaran militer di daerah tersebut,” sebut IDF dalam pernyataan resmi melalui media sosial X.
IDF membuat klaim bahwa target-target tersebut terletak dekat perbatasan dan menimbulkan “ancaman langsung bagi masyarakat Israel.
Meski IDF menyebut bahwa operasi darat ke Lebanon adalah serangan “terbatas” dan “terlokalisasi”, tetapi tidak ada jaminan aksi mereka akan sesederhana itu, tulis wartawan BBC, Anna Foster, yang melaporkan dari Beirut.
Sulit disebutkan berapa banyak infrastruktur militer Hizbullah yang masih utuh setelah Israel melancarkan serangan udara secara intens.
Jika Hizbullah masih memiliki cukup kekuatan artileri, kelompok tersebut berpotensi menyerang kota-kota di Israel.
Kekuatan proksi Iran lainnya—seperti Houthi di Yaman atau kelompok milisi di Suriah dan Irak—dapat mencoba menyerang lokasi yang lebih dekat seperti pangkalan militer AS.
Malam ini menyimpan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, tetapi aksi Israel adalah momen penting sekaligus berbahaya bagi wilayah tersebut.
Beberapa hari sebelumnya, pada Sabtu (28/09), militer Israel telah membunuh pemimpin kelompok milisi Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Lebanon.
Seberapa kuat pasukan Hizbullah?
Hizbullah adalah salah satu pasukan militer non-negara bersenjata paling lengkap di dunia.
Pasukan ini didanai dan diperlengkapi oleh Iran.
Hizbullah mengeklaim memiliki 100.000 personel, meskipun perkiraan independen bervariasi antara 20.000 dan 50.000 personel.
Banyak personel yang terlatih dengan baik dan tangguh dalam pertempuran, dan pernah terlibat dalam berbagai pertempuran dalam perang saudara di Suriah.
Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) memperkirakan Hizbullah memiliki 120.000-200.000 roket dan rudal.
Hizbullah juga ditengarai memiliki rudal antipesawat dan antikapal, serta rudal berpemandu yang mampu menyerang jauh di dalam wilayah Israel.
Apa bedanya serangan kali ini dengan perang 2006?
Sebelum Israel memastikan melancarkan serangan darat ke Lebanon, Naim Qassem yang menggantikan Hassan Nasrallah sebagai pemimpin Hizbullah telah mewanti-wanti Israel.
Dalam pidato pertamanya sejak pembunuhan Nasrallah, Qassem menegaskan para anggota Hizbullah siap menghadapi invasi darat apa pun, dan Israel tidak akan mencapai tujuannya.
Lantas apa bedanya serangan Israel kali ii dengan perang pada 2006 lalu?
Banyak, kata koresponden keamanan BBC, Frank Gardner.
Kini, menurutnya, militer Israel jauh lebih mumpuni serta dilengkapi dengan intelijen yang jauh lebih baik ketimbang saat menyerbu Lebanon selatan pada 2006.
Israel juga baru saja membunuh sebagian besar pemimpin Hizbullah, menyabotase komunikasinya, serta menghancurkan sejumlah besar senjata dan gudang amunisinya.
Namun, Israel harus menghadapi ribuan anggota Hizbullah yang semangat membalas dendam dan siap melawan tentara Israel di Lebanon.
Mantan perwira intelijen Israel, Avi Melamed, mengatakan kepada Frank Gardner: “Tidak seperti tahun 2006, serangan darat Israel sekarang akan menghadapi pasukan tempur Hizbullah yang tangguh, terlatih, dan berpengalaman dalam mendukung pasukan Bashar Al-Assad dalam Perang Saudara Suriah.”
Artikel ini akan terus diperbarui
BBC News Indonesia
Discussion about this post