Permainan genderang atau drum samba dikenal sangat energik, ritmis, dan terkontrol, tetapi permainan alat musik yang menjadi ciri khas karnaval di Brazil itu ditengarai bermanfaat bagi para pasien Parkinson. Kini para peneliti di Inggris ingin mengetahui apakah samba benar-benar dapat membantu meringankan gejala penyakit degeneratif tersebut.
Selama satu jam setiap minggunya para penabuh genderang di tempat kursus di ibu kota Welsh, Cardiff, dapat melepaskan diri dari kenyataan bahwa mereka semua mengidap Parkinson.
Saat dunia memperingati Hari Parkinson Sedunia pada 11 April, latihan yang dilakukan oleh para penderita Parkinson itu menarik banyak perhatian.
Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang disebabkan oleh hilangnya sel-sel saraf yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya zat kimia dopamin. Hilangnya zat itu tidak hanya memengaruhi pergerakan tubuh, tetapi juga memengaruhi suasana hati dan berkontribusi pada depresi dan kesehatan mental yang buruk, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Gejalanya semakin memburuk, namun kecepatan kerusakannya bervariasi dari orang ke orang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, jumlah orang yang cacat dan meninggal akibat Parkinson secara global meningkat pesat. WHO mengatakan bahwa prevalensi penyakit ini meningkat dua kali lipat pada abad ini dan perkiraan pada tahun 2019 menunjukkan sedikitnya 8,5 juta orang mengidap penyakit tersebut. Usia golongan penderita bervariasi, begitu pula gejalanya, namun sebagian besar menunjukkan tanda-tanda penyakit.
Selain masalah keseimbangan, berdiri dan berjalan, serta rasa kaku yang tiba-tiba, gejalanya bisa berupa penurunan kognitif akibat demensia dan sebagian pasien mengalami tremor.
Selama setahun terakhir, pasien di tempat kursus tersebut telah melaporkan peningkatan suasana hati dan gerakan anggota tubuh mereka.
Kursus bermain drum itu dimulai oleh Eirwen Malin setelah putranya pergi menonton konser samba. “Tiba-tiba saya berpikir tentang samba karena saya tahu ketika kita mendengar band samba di jalan, kita pasti tanpa sadar ikut menyanyi dan menari. Dan itu adalah masalah besar bagi penderita Parkinson. Mereka seperti kehilangan ritme untuk berjalan,” jelasnya.
Malin tidak menyesali keputusannya. Kursus yang diprakarsainya menerima hibah dari pemerintah yang telah memberikan lampu hijau untuk beberapa kursus lagi yang akan didirikan di Wales.
Para peserta kursus mengatakan mereka merasa terangkat. Kini, para peneliti dari Universitas Cardiff berharap akan meluncurkan penelitian untuk mengetahui apakah ada bukti klinis bahwa kursus bermain drum sumba itu meningkatkan kualitas hidup para pasien Parkinson.
Cheney Drew bekerja pada uji coba obat di universitas tersebut, namun dia dan rekan-rekannya juga mencari intervensi lain untuk orang-orang dengan penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson. Dia menjadi tertarik dengan grup kursus tersebut karena dia sudah menyelidiki dampak bermain drum pada penderita penyakit Huntington, penyakit bawaan langka yang menyebabkan kerusakan progresif sel-sel saraf di otak. Penyakit Huntington merupakan jenis kelainan neurodegeneratif lain yang juga dapat memengaruhi gerakan anggota tubuh.
Penelitian yang direncanakannya akan berlangsung antara satu tahun hingga 18 bulan dan akan mengukur gejala seperti gaya berjalan yang kaku dan kualitas hidup, bukan tingkat dopamin dan gejala biologis lainnya.
Drew, peneliti uji klinis penyakit neurodegeneratif di Universitas Cardiff, mengatakan, “Kami memang melihat hal-hal yang disebut biomarker (penanda biologis), yaitu perubahan biologis yang terjadi sebagai bagian dari penyakit. Seringkali gejala ini menjadi penanda yang baik mengenai perkembangan penyakit.”
Ken Howard didiagnosis Parkinson 10 tahun yang lalu. Dia telah mencapai apa yang oleh dokter disebut sebagai penyakit stadium lima, tidak terlalu berpengaruh. Ketika dia diberitahu bahwa dia mungkin tidak akan memiliki kualitas hidup yang baik untuk jangka waktu yang lebih lama, dia menentangnya.
Peserta kursus drum samba itu menjelaskan,“Saya diberitahu oleh seorang konsultan yang sangat blak-blakan. Dia mengatakan: Anda mengidap Parkinson, tidak ada obatnya, penyakit ini degeneratif, progresif, yang berarti penyakit Anda akan semakin memburuk.”
Brian Dews adalah seorang pemain drum di sebuah band pub ketika dia menyadari gejala Parkinson tiga tahun lalu. Dia telah diberi resep obat-obatan yang membantu tetapi menurutnya kelas-kelas drum samba yang diikutinya menjadi penting bagi kesejahteraannya.
“Sebelum melakukan latihan samba, saya kesulitan untuk bangkit dari kursi. Jadi, setidaknya saya lebih banyak bergerak sekarang. Gerakan saya tidak terlalu kaku, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Parkinson, yaitu kaku pada persendian. Saya pikir tanpa samba saya akan kesulitan,” sebutnya.
Sementara itu, Ken Howard mendorong orang lain untuk tidak menyerah pada penyakit ini. “Jika Anda mengidap Parkinson, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan sendiri. Salah satunya adalah olahraga. Olahraga sangat penting. Olahraga membuat Anda terus bergerak dan bernapas. Parkinson tidak membunuh Anda, tetapi penyakit ini tentu saja membuka jalan menuju kematian. Penyakit ini membuat Anda tidak dapat bernapas dengan baik, dan Anda rentan terhadap penyakit paru-paru,” jelasnya.
VOA indonesia menyajikan berita berimbang dan mendalam dengan narasumber terpercaya dan disajikan lewat artikel, video menarik dan siaran radio. Temukan juga kisah inspiratif diaspora Indonesia di Amerika dan Dunia.
Discussion about this post